Copyright © Jejak Karya
Design by Dzignine
Rabu, 23 Juli 2014

Rindu Siang Malam #2

Pagi ini adalah pagi pertamaku di Kota Buku, Yogyakarta. Satu-satunya hal yang aku lakukan di hari pertamaku ini adalah pergi ke sekolah yang tentunya juga baru. Entah energi apa yang merasuki sukmaku, hingga aku merasa sangat bersemangat untuk melangkahkan kaki kecilku ke sekolah. Padahal aku belum mengetahui seperti apa rupa sekolah yang akan menjadi sandaranku menimba ilmu tiga tahun kedepan. Rasanya ada saja magnet yang menarikku untuk bergegas pergi ke sana.
Tepat pukul 06.30 WIB, usai sarapan bersama Nina, saudara tiriku, aku keluar dari pekarangan rumah. Ku raih sepeda baru warna biru yang akan mengantarku menuju harapan baru. Tak ada wangi udara seharum udara pagi ini. Entah parfum apa yang di gunakan sang surya saat menebar sinarnya. Kurasakan kayuhan pertama yang tak seberat anganku. Perlahan menular ke kayuhan demi kayuhan berikutnya, hingga semua terasa ringan. Lagu  kesukaanku yang mengalun lirih lewat earphone yang tersambung dengan MP3, menambah sedap pagi ini. Gerbang sekolah telah menanti, seakan ingin memelukku sebagai ucapan selamat datang.

Sepanjang jalan yang kulalui banyak mata yang menyimpan seribu tanya, siapa aku. Kujawab tanya mereka dengan senyum yang kubuat semanis mungkin, agar tanyanya terjawab bahwa aku bukan orang jahat. Pastilah mereka tahu, siapa aku. Dengan seragam yang ku kenakan anak kecilpun tahu, kalau aku juga bagian dari mereka. Hanya saja namaku masih asing. Ya, aku masih orang asing. Namun, tunggu saja beberapa jam lagi aku akan membaur bersama mereka dan merasakan sepenuhnya menjadi siswa SMA Bina Nusantara. Sebuah sekolah elite yang tenar di kota ini. Aku yakin, siapapun mau jika masuk secara cuma-cuma di sekolah ini. Termasuk aku. Aku hanya siswa yang beruntung mendapat tiket cuma-cuma untuk bisa menjadi siswa di sekolah ini. Ingin tahu bagaimana aku mendapat tiket cuma-cuma tersebut? Begini ceritanya..
Saat itu, aku baru saja menghadiri farewell party SMPku. Aku pulang lewat tengah malam. Sontak hal tersebut menyulut kemarahan Bunda. Tapi, kala itu justru aku yang tersulut emosi, ketika aku mengetahui Bunda juga baru saja pulang entah dari mana dengan diantar seorang laki-laki yang akupun jelas-jelas tak mengenalnya. Sudah jelas akar kemarahanku, Bunda adalah seorang janda sejak 2 tahun lalu. Bunda menjadi janda semenjak ayah meninggalkan kami lebih dahulu menghadap Tuhan. Mungkin, Tuhan memang lebih mencintai ayah dari pada aku dan Bunda. Selama dua tahun itu, tak sekalipun aku mengetahui Bunda dekat dengan orang lain. Bukan tak mengetahui, lebih tepatnya tak ingin tahu. Aku tak ingin seorang pun menggantikan posisi ayah dalam kehidupanku.

Waktu pun berlalu. Sejak malam itu aku jadi lebih sering melihat Bunda jalan bersama lelaki yang tetap tak ku tahu namanya. Hingga suatu malam, saat jamuan makan malam di rumahku. Bunda mengajak serta lelaki itu dan seorang gadis yang hampir seusia denganku untuk makan bersama. Aku sudah mulai menangkap maksud dari mereka. Hingga aku juga telah menyiapkan hati berserta jawaban atas keinginan mereka. Benar saja, Bunda dan lelaki itu saling mencintai dan ingin menikah.
"Bunda sudah cukup lama sendiri. Bunda juga butuh teman untuk mendampingi kamu tumbuh menjadi gadis dewasa,". Begitu saja alasan Bunda tiap kali ku tanya mengapa. Aku masih bersikukuh dengan jawabku untuk menolak pernikahan itu. Hingga lelaki itu mengajukan tawaran kepadaku.
"Kalau om dan Bundamu menikah. Om akan bawa kamu dan Bunda ke Jogja, dan kamu akan masuk sekolah yang sangat kamu impikan, SMA Bina Nusantara, dengan mudah,". Terdengar biasa memang, namun sangat menggiurkan bagiku. Benar, kedua hal itu adalah hal yang sangat aku inginkan saat ini. Dengan berbagai pertimbangan dan keyakinan hatiku bahwa apapun yang terjadi ayah tetap tak tergantikan, akhirnya pernikahan itu berlangsung dengan setengah restu dariku. Meskipun Bunda telah menikah dengan lelaki tersebut, namun lelaki itu tak lantas menjadi ayahku. Setidaknya untuk saat ini aku masih belum mau memanggilnya ayah. 

0 komentar:

Posting Komentar