Copyright © Jejak Karya
Design by Dzignine
Senin, 05 Agustus 2013

Cerita Bersambung

Lonceng Kerinduan
Part 1



Matahari telah kembali ke peraduannya. Hari mulai gelap. Mega merahpun mulai sirna. Selepas maghrib, sebelum isya’. Di sekitar jalan Anggrek, Bandung. Jalan yang biasanya ramai saat ini masih terlihat senggang. Mungkin orang-orang yang baru pulang dari kantor telah sampai di rumah maing-masing. Mungkin mereka sudah bisa istirahat dan bercengkrama dengan sanak keluarga di rumah. Namun tidak di sebuah kios kecil. Terlihat seorang anak laki-laki ber-usia 12 tahun sedang membereskan isi kios. Fruits n’ Flowers shop nama kios kecil itu.
Kios yang buka mulai pukul 09.00 sampai 18.30 itu milik sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebelah kios itu. Sebut saja Yuvan. Anak pertama dari 2 bersaudara itu memang anak yang rajin dan selalu membantu orang tuanya. Ayahnya hanya sebagai guru honorer yang sewaktu-waktu bisa di pecat. Ibunya yang mengelola kios Fruits n’ Flowers Shop itu berharap bisa membantu penghasilan ayahnya.
“Assalamu’alaikum mas, sudah selesai membereskan kiosnya? Makan malamnya sudah siap” seorang gadis kecil tiba-tiba muncul dan berbicara padanya.
“Wa’alaikumsalam, iya Sari sebentar lagi selesai. Sari mau bantu? Supaya cepat selesai”
Seorang gadis kecil yang di panggilnnya Sari adalah adik bungsunya. Sari masih ber usia 8 tahun.Kakak beradik itu segera menyelesaikan pekerjaan mereka agar segera bisa makan malam.
* * * * *
          Keesokan harinya......
          Hari ini adalah hari pertama Yuvan masuk di sekolah barunya. SMP 1 Tunas Negeri. Ia dan teman-temannya segera mencari kelas mereka masing-masing.Yuvan berada di kelas favorit. Teman-teman Yuvan mengucapkan selamat atas hal itu. Yuvan melangkah dengan pasti menuju kelas favorit itu. Hari pertama masuk sekolah begitu menyenangkan dengan perkenalan. Karena asyik dengan kelas barunya. Hal ini membuat Yuvan terlambat keluar kelas. Sehingga teman-teman yang tadi menantinya sudah meninggalkannya pulang.
Akhirnya Yuvan pulang sendirian dengan sepeda kesayangannya yang di belikan ayahnya waktu dia kelas 5. Namun, hati yuvan merasa aneh, gelisah dan takut. Pasalnya, dari depan gerbang sekolah sampai beberapa meter sebelum sampai di rumahnya ada sebuah motor yang di kendarai oleh seorang gadis mengikutinya.
Kegelisahan itu berakhir saat Yuvan tiba di depan rumah. Motor itu berhenti di depan kios ibu nya. Gadis itu turun dari motor dan melepas helm yang ia kenakan. Seseorang itu kemudian mengucap salam di depan kios. Yuvan menunggu beberapa saat, menanti jawaban salam dari ibunya. Namun, tak kunjung ada jawaban.

Akhirnya Yuvan menuju kios ibunya dan menjawab salam gadis itu. Jawaban salam yang di ucapkan Yuvan membuat gadis itu sedikit terkejut.
“Ma’af saya mengagetkan mbak. Saya tidak bermaksud seperti itu” Yuvan segera meminta ma’af pada gadis itu.
“Iya mas, tidak apa-apa. Ma’af, bukannya mas bernama Muhammad Yuvan Aditya?” tanya gadis itu dengan lembut.
Yuvan sempat melihat wajah gadis yang menanyakan namanya itu. Hatinya tak bisa berbohong bahwa gadis itu memang cantik. Apalagi dengan balutan kerudung putih yang semakin memperkuat kecantikan si gadis. Namun ia langsung mengucap istigfar dan menundukkan kepala. Sementara gadis di hadapannya sedang menanti jawaban darinya.
“Hmm... iya mbak. Dari mana mbak tau?”
“Saya teman satu kelas kamu. Seragam kita sama kan? Pekenalkan nama saya Kayla” gadis itu memperkenalkan dirinya dengan menelangkupkan tangan di dada.
“Ma’af mbak saya tidak hafal dengan mbak. Ada yang bisa saya bantu? Mbak butuh apa di kios ini”
“Kita kan satu kelas. Tidak enak di dengar kalau kamu panggil saya mbak. lagi pula belum tentu saya lebih tua dari pada kamu kan?”
“Iya, Kayla. Ada perlu apa? Ada yang bisa aku bantu?”
“Kamu anaknya pemilik kios ini? Saya mau 1 kg buah jambu bangkok dan 1 buket bunga aster”
“Iya, aku anaknya bu Halimah. Pemilik kios ini. Tunggu sebentar, akan aku ambilkan”
Yuvan pergi meninggalkan Kayla untuk mempersiapkan apa yang ia minta.

Beberapa saat kemudian yuvan keluar dengan membawa satu tas plastik warna hitam dan satu buket bunga aster sesuai dengan apa yang di minta Kayla.
“Ini pesanannya” sambil memberikan apa yang dia bawa.
Tiba-tiba seorang perempuan kira-kira berusia 45 tahun keluar dari rumah Yuvan menuju kios. Ya, perempuan itu adalah ibu Halimah. Ibu dari Yuvan.
“Assalamu’alaikum... sudah lama nak Kayla?”
“Wa’alaikumsalam, Bu Halimah. Lumayan, untung ada anak ibu yang bantu”
“Ma’af, ibu baru saja masak untuk keluarga. Sebentar lagi kan ayahnya pulang jadi harus sudah siap makan siangnya. Oh iya, kenalkan ini anak ibu, namanya Yuvan”
“Iya bu. Saya sudah kenal. Dia teman satu kelas saya, tapi baru kenalan di kios ini”
Yuvan yang dari tadi hanya diam saja dan baru saja menjadi topik bicara dua orang itu mulai bicara.
“Ibu, Ibu kenal dengan Kayla?”
“Ya jelaslah van. Dia itu anaknya majikan ibu, sebelum ibu buka kios ini. Dia juga pelanggan tetap di kios ini”
“Owh... begitu. Ya sudah, saya masuk dulu bu. Mau gati baju dulu. Kayla, permisi”
          Yuvan masuk ke rumahnya dan meninggalkan ibu dan teman barunya itu berbincabg-bincang di teras kios.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar