Copyright © Jejak Karya
Design by Dzignine
Rabu, 30 April 2014

Rindu Siang Malam


Kemuning senja di ufuk barat tergambar jelas, kian menegaskan bahwa siang akan berganti malam. Bulan akan segera nampak dalam gelap malam dengan balutan gemerlap bintang. Berakhirnya siang menemani berakhirnya kegiatan seorang pemuda dari rutinitas sekolahnya. Jika senja telah datang barulah ia akan melangkahkan kakinya menuju parkir sepeda dan bergegas mengambil sepeda fixienya. Dikayuhnya sepeda dengan pelan namun bertenaga, membuatnya lekas sampai di rumah dalam waktu yang tak terlalu lama. Sambil menikmati angin senja, ia melewati tiap belokan menuju rumahnya dengan menyanyikan beberapa lagu.

Sebut saja Tata, siswa yang gemar pulang saat senja telah menyapa. Baginya, siang terlalu singkat untuk belajar. Bila saja ia bisa menghabiskan seluruh harinya di ruangan yang terletak di pojok area sekolah. Perpustakaan yang telah dibangung sejak lima tahun berdirinya sekolah ini telah membuat hati Tata terikat dan jatuh cinta pada jutaan eksemplar buku yang tertata rapi dalam rak-rak kayu. Setiap detiknya hanya diisi dengan membaca dan mencatat. Meski demikian Tata tidaklah memiliki penampilan yang biasa disandang oleh kutu buku. Ia tidak mengenakan kaca mata lebar dan tebal dan bertampang culun. Melainkan berpawakan tampan dan menawan. Tak heran jika banyak siswi yang menaruh perhatian lebih padanya. Namun, tidak satupun dapat menerima perhatian dari pemuda yang merupakan anggota OSIS SMA Bina Nusantara ini.

Tata merupakan tipe pemuda yang memegang prinsip ‘Talk less do more’. Satu banding seribu memang jika kita mencari di jaman seperti ini. Kebanyakan pemuda sekarang malah banyak menebar janji-janji yang tak berarti. Jangankan janji, seutas kalimat pun jarang terlontar dari mulut Tata. Hanya sorot mata tajamnya yang berbicara. Itu pun tak banyak yang dapat menerjemahkannya. Seperti halnya saat rapat OSIS, Tata hanya berpendapat sebelum rapat di mulai kepada teman dekatnya yang tak lain adalah Bima, sang ketua OSIS. Sehingga saat rapat berlangsung hanya diam yang ia tampakkan. Dingin, bersorot mata tajam namun tetap dengan gayanya yang cool.

Usai sudah perjalanannya mengayuh sepeda menuju rumah tercintanya. Tata tinggal di sebuah rumah dalam perumahan elite di kotanya. Bersama ayah, ibu dan seorang adik perempuannya bernama Senja. Senja terpaut satu tahun di bawahnya dan secara otomatis Senja merupakan adik kandung juga adik kelas jika di sekolah, mengingat Tata dan Senja berada pada satu sekolah yang sama. Berbeda dengan Tata yang berkawan dengan buku, Senja adalah tipe remaja yang gemar kesenangan. Hal itu yang membuat Senja tidak mengikuti jejak kakaknya, melainkan memilih jalannya sendiri yaitu bergabung dalam tim cheerleaders. Tak banyak yang mengenalnya sebagai adik dari Tata. Karena kebanyakan orang memang tak mudah percaya dan memaklumi perbedaan yang teramat diantara keduanya.

Kembali ke kisah Tata yang telah sampai di depan rumah. Usai memarkir sepedanya di garasi rumah, seperti biasa ia selalu menghampiri tanaman kaktus yang ia miliki. Siapa yang mengira jika pemuda sedingin Tata masih mempunyai kesenangan dalam bidang tanaman. Saat Tata tengah sibuk merawat kaktusnya, ada yang menyita perhatiannya. Ia menoleh ke arah dimana perhatian itu tertuju, rumah sebelah berpenghuni. Baru hari ini rumah itu berpenghuni setalah sekian lama kosong. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang laki-laki dan wanita paruh baya, serta seorang gadis berwajah cantik. Hanya sebentar ia memperhatikannya, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.
Bersambung...

2 komentar: