Kemuning senja di ufuk barat tergambar jelas, kian menegaskan bahwa siang
akan berganti malam. Bulan akan segera nampak dalam gelap malam dengan balutan
gemerlap bintang. Berakhirnya siang menemani berakhirnya kegiatan seorang
pemuda dari rutinitas sekolahnya. Jika senja telah datang barulah ia akan melangkahkan
kakinya menuju parkir sepeda dan bergegas mengambil sepeda fixienya. Dikayuhnya
sepeda dengan pelan namun bertenaga, membuatnya lekas sampai di rumah dalam
waktu yang tak terlalu lama. Sambil menikmati angin senja, ia melewati tiap
belokan menuju rumahnya dengan menyanyikan beberapa lagu.
Sebut saja Tata, siswa yang gemar pulang saat senja telah menyapa.
Baginya, siang terlalu singkat untuk belajar. Bila saja ia bisa menghabiskan
seluruh harinya di ruangan yang terletak di pojok area sekolah. Perpustakaan
yang telah dibangung sejak lima tahun berdirinya sekolah ini telah membuat hati
Tata terikat dan jatuh cinta pada jutaan eksemplar buku yang tertata rapi dalam
rak-rak kayu. Setiap detiknya hanya diisi dengan membaca dan mencatat. Meski
demikian Tata tidaklah memiliki penampilan yang biasa disandang oleh kutu buku.
Ia tidak mengenakan kaca mata lebar dan tebal dan bertampang culun. Melainkan berpawakan
tampan dan menawan. Tak heran jika banyak siswi yang menaruh perhatian lebih
padanya. Namun, tidak satupun dapat menerima perhatian dari pemuda yang
merupakan anggota OSIS SMA Bina Nusantara ini.
Tata merupakan tipe pemuda yang memegang prinsip ‘Talk less do more’. Satu banding seribu memang jika kita mencari
di jaman seperti ini. Kebanyakan pemuda sekarang malah banyak menebar
janji-janji yang tak berarti. Jangankan janji, seutas kalimat pun jarang
terlontar dari mulut Tata. Hanya sorot mata tajamnya yang berbicara. Itu pun
tak banyak yang dapat menerjemahkannya. Seperti halnya saat rapat OSIS, Tata
hanya berpendapat sebelum rapat di mulai kepada teman dekatnya yang tak lain
adalah Bima, sang ketua OSIS. Sehingga saat rapat berlangsung hanya diam yang
ia tampakkan. Dingin, bersorot mata tajam namun tetap dengan gayanya yang cool.
Usai sudah perjalanannya mengayuh sepeda menuju rumah tercintanya. Tata
tinggal di sebuah rumah dalam perumahan elite
di kotanya. Bersama ayah, ibu dan seorang adik perempuannya bernama Senja.
Senja terpaut satu tahun di bawahnya dan secara otomatis Senja merupakan adik
kandung juga adik kelas jika di sekolah, mengingat Tata dan Senja berada pada
satu sekolah yang sama. Berbeda dengan Tata yang berkawan dengan buku, Senja
adalah tipe remaja yang gemar kesenangan. Hal itu yang membuat Senja tidak
mengikuti jejak kakaknya, melainkan memilih jalannya sendiri yaitu bergabung
dalam tim cheerleaders. Tak banyak yang mengenalnya sebagai adik dari Tata.
Karena kebanyakan orang memang tak mudah percaya dan memaklumi perbedaan yang
teramat diantara keduanya.
Kembali ke kisah Tata yang telah sampai di depan rumah. Usai memarkir
sepedanya di garasi rumah, seperti biasa ia selalu menghampiri tanaman kaktus
yang ia miliki. Siapa yang mengira jika pemuda sedingin Tata masih mempunyai
kesenangan dalam bidang tanaman. Saat Tata tengah sibuk merawat kaktusnya, ada
yang menyita perhatiannya. Ia menoleh ke arah dimana perhatian itu tertuju, rumah
sebelah berpenghuni. Baru hari ini rumah itu berpenghuni setalah sekian lama
kosong. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang laki-laki dan wanita
paruh baya, serta seorang gadis berwajah cantik. Hanya sebentar ia
memperhatikannya, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.
Bersambung...
lanjutane Fi :D
BalasHapus*Mr.R
Oke, tunggu ya..
BalasHapus