
Saat di Pantai.....
Kayla, Yuvan, Ardi dan Zahra mereka berempat bergandengan tangan
dan berteriak sekeras-serasnya untuk melepas masalah mereka. Namun, kegiatan
itu berakhir ketika Ayah Kayla memanggil Ardi dan Zahra untuk membantu menyiapkan makanan.
Saat itu Yuvan sedang berada tidak jauh dengan Ayah dan Ibu Kayla.
Tidak lupa di samping Yuvan tentu ada Kayla. Kali ini Yuvan ingin membicarakan
sesuatu pada Kayla.
“Kay, aku mau kamu tahu kenyataan keadaan ekonomi keluargaku”
“Aku tahu, dan aku sangat paham. Lalu apa masalahnya?”
“Aku dapat biasiswa sekolah di Jakarta. Dan mengingat keadaan
ekonomi keluargaku yang tidak semapan keluargamu. Aku nggak bisa menolak
biasiswa itu. Dan dengan berat hati aku harus tinggalin kamu untuk beberapa
saat”
“Van, aku sedih dengar kabar dari kamu. Tapi, aku juga seneng.
Karena kamu bisa sekolah di sana”
“Tapi tenang. Aku akan selalu kasih kabar ke kamu tentang keadaan
aku disana. Kay, aku ada sesuatu buat kamu”
“Apa?”
Yuvan mengeluarkan kotak berwarna pink. Warna pink adalah warna kesukaan Kayla.
“Apa ini Van?”
“Buka aja, kamu akan tahu. Aku harap kamu seneng”
Pelan-pelan Kayla membuka kotak warna pink dari Yuvan. Sebuah buku
harian warna pink, sebuah kalung dengan leontin berbentuk hati, dan sebuah
lonceng.
“Lonceng?” tanya Kayla heran.
“Ya, lonceng. Buku harian itu untuk tulis apapun yang kamu rasain
dan cerita-cerita bagus di hari-hari
kamu. Kalung itu, Cuma untuk simbol, bahwa aku masih sama kamu. Dan lonceng
itu, lonceng itu akan berbunyi saat aku kangen sama kamu”
“Emang bisa”
“Bisa donk, kita kan punya ikatan batin, heheheh..... Kay, aku akan
berangkat besok jam 08.00 pagi. Kamu gak usah ngantar aku. Aku tahu besok kamu
ada tes kan? Aku akan sms kamu aja. Okey?”
“Iya. Semangat ya di sana? Aku pasti tunggu kamu”
* * * * * * *
Keesokan harinya.....
Yuvan berangkat dengan menggunakan
bus tujuan Jakarta. Sebelum berangkat Yuvan mengirim pesan singkat pada Kayla
untuk memberi kabar bahwa dia akan berangkat. Meski saat itu cuaca sedang tidak
bagus. Namun, hujan badai saat itu tidak mengurungkan niat Yuvan untuk berangkat.
Sore hari sekitar jam 16.00 di rumah
Kayla.....
Kayla sedang asyik membaca buku di
ruang tamu. Tiba-tiba ada yang memecet bel rumahnya. Saat itu hanya satu hal
yang terlintas di benak Kayla. Siapa yang bertamu di saat hujan deras seperti
ini? Dan saat membuka pintu, Kayla sangat terkejut melihat orang yang berdiri
di depan pintu rumahnya. Yuvan, dialah yang bertamu ke rumahnya. Diadatang
dengan badan basah kuyub dan wajah yang pucat.
“Van, kamu nggak jadi berangkat? Kok
kamu ada di sini? Kamu kehujanan pula, ganti baju dulu nanti baru kita bicara.
Kamu langsung ke kamarku saja. Aku akan ambilkan handuk dan baju ganti milik
Ardi yang tertinggal di sini. Oh oya, kamu mau minum apa? Teh hangat ya?”
Dari sekian banyak kata yang di
ucapkan oleh Kayla, tak satupun di jawabnya. Kayla yang saat itu bingung juga
tak merasa aneh dengan hal itu. Ia beranggapan bahwa, mungkin saja Yuvan
kedinginan dan malas bicara.
Setelah menagmbilkan handuk dan baju
ganti Kayla segera membuatkan minum untuk Yuvan. Saat Kayla akan menuangkan air
panas ke gelas, Hp Kayla berdering.
Ardi, dialah orang yang menelfon. Ada apa, sampai Ardi menghubunginnya?
Mungklin ada masalah? Kayla juga ingin memeberi tahukam bahwa Yuvan ada di
rumahnya.
“Assalamu’alaikum Ar, ada apa?”
Kayla memulai pembicaraan.”
“Kay, kamu udsh tahu kabar terbaru
tentang Yuvan?”
“Yuvan? Kenapa?”
Kayla bingung kabar apa tentang
Yuvan? Padahal Yuvan ada di rumahnya.
“Yuvan. Saat di perjalanan
kecelakaan, dan tidak ada korban yang selamat”
Kata-kata Ardi bagai petir yang
menyambar hatinya. Bagaimana tidak? Yuvan baru saja ia lihat dan sekarang
sedanga ada di kamarnya? Jika memang kabar yang di berikan Ardi benar, lalu
siapa yang ada di kamarnya?
Kayla langsung menutup telfon dan
berlari menuju kamarnya dengan bercucuran air mata. Aneh, sangat aneh. Di
kamarnya tidak ada siapa-siapa. Yuvan yang tadinya ada di dalam kamar, sekarang
sudah menghilang. Kayla menyadari akan hal itu. Iya pun langsung menangis
sejadi-jadinya. Namun, dia melihat ada selembar kertas di atas buku harian yang
di berikan oleh Yuvan.
Untuk kekasihku
Kayla....
Janganlah
kamu menangis ketika aku jauh dari mu.. karena aku pergi hanya sementara.. tak
untuk selamanya.. aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu di sini...
hapuslah air mata di pipimu... aku tak ingin ada kesedihan...
Jangan
khawatir aku akan melupakanmu, aku di sini akan selalu merindukanmmu... ketika
aku merindukanmu lonceng yang ku berikan pada mu itu akan berbunnyi. Dan itu
tandanya aku sedang rindu padamu. Saat itu pegang erat kalung pemberianku...
Dari
kekasihmu Yuvan...
Surat pendek itu semakin membuat Kayla sedih. Surat pendek itu
berasal dari Yuvan dengan tulisan
tinta merah. Ia langsung membuka lemari dan mencari kotak pink pemberian Yuvan.
Di situlah ia menyimpan Kalung dan lonceng itu. Ketika ia sudah menemukan kotak
itu dan akan membaca surat kecil tadi, surat itu sudah tidak ada di tempat. Dia
menyadari ada yang lebih kehilangan darinya. Orang tua Yuvan akan lebih
kehilangan. Namun, ia sedikit menyesali. Mengapa kebersamaan yang baru berlangsung
harus berakhis begitu cepat.
* * * * * * *
Suatu malam ketika Kayla sedang belajar.....
Waktu menunjukkan pukul 20.30.
tiba-toba lonceng yang tergantung di atas meja belajarnya berbunyi. Ia tahu
bahwa saat itu Yuvan sedang
merindukannya. Kemudian Kayla segera meraih kalung yang ia kenakan dan
menggenggamnya dengan erat dan berkata.
“Tenanglah Yuvan... aku juga rindu
pada mu.... aku sayang kamu..”
Sesaat kemudian lonceng itu berhenti
berbunyi...
Kejadian itu berulang di malam-malam
yang lain. Namun, Kayla tak merasa takut atau pun risih. Karena ia tahu bahwa
itu adalah tanda bahwa Yuvan masih sayang dan mencintai dirinya.
***The End***