Copyright © Jejak Karya
Design by Dzignine
Rabu, 04 Februari 2015

Sajak Pena Biru

Assalamualaikum kawan..
Bagaimana kabar kawan semua? Sedang dalam waktu luang atau merasa dikejar waktu seperti aku? Haha.. Apapun waktu kalian, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menengok rumah karyaku ini. Aha, dalam kesempatan kali ini aku akan menampilkan beberapa karyaku dan teman Pena Biru. Sudah tahu kan siapa saja kawanku di Pena Biru? Aku membahasnya di postinganku sebelumnya. Jika kawan belum tahu, silahkan mencari di postingan sebelum ini, oke?
Kali ini aku akan menyajikan karya dalam bentuk sajak. Yap, puisi. Puisi ini kai buat dengan cara estafet seperti sebelumnya saat kami membuat cerpen. Memang sulit menyatukan empat ide menjadi satu puisi dengan satu alur. Tapi inilah kami dengan keunikan dan khas masing-masing, selalu ada karya baru yang dapat dinikmati oleh kawan semua. Semoga Pena Biru lebih bisa istiqomah ya kawan dalam berkarya. Oke, tanpa panjang lebar ini dia persembahan dari Pena Biru :

Saat aku terdiam
Saat itu pula purnama mempesona diri
Saat akal ini tak lagi singkron dengan hati
Saat itu pula angin membisikkan kabar tentangmu,
yang telah lama ku nanti

Kini, aku hanya bisa menatap bintang dan bulan
Bercengkrama dengan mereka
Hanya bisa mengucap salam dan pesan
Melalui gelapnya malam

Hei, kau yang disana!
Sudahkah kau terima bingkisan dariku
Tak usahlah kau cari
Karena kau tak akan pernah menyentuh bayangnya

Doa,
Kau ingat doa itu?
Doa yang dalam katanya bertemu bulir suci
Doa yang setiap isakannya mengandung rasa rindu
Yang lewat hembusan angin malam mengalun merdu

Aku ingat tatapmu yang meneduhkan
Yang hanya dalam pandangmu kau membaca rasaku
Aku ingat senyummu yang menenangkan
Yang hanya dengannya kau jawab semua lukaku

Sekarang aku berusaha sendiri
Menutup lubang yang menganga ini
Tak ada lagi tatapan teduhmu
Tak ada lagi nasehat bijak dari lisanmu
Tak ada herbal pengobat rindu

Ku tarik napas dalam
Ku hembuskan seiring sebait doa
Untuk saling meyakinkan dan menguatkan
Tuk menjalin rasa yang bertaut pada-Nya

Akan ku temukan kau dalam sujudku
Hilang...
Puisi berantai "Pena Biru"
Aleya | Fifi Tiara | Lat’z Zaa | Tasmeera E. B.30 Agustus 2014

Langkah gontai temani perjalanan kali ini
Menembus pandang tersorot terik matahari
Seakan menantang kobar semangat dalam diri
Tertawa menang pada jiwa yang berletih
Inginku tetap bertahan
Jiwaku memang berusaha tegak
Namun tidak dengan hati dan pikiran
Terhentak...
Menyeruak kerumunan semangat
Yang justru terbuang dan terabaikan
Dan tersungkur oleh harapan
Juga terlepas dari kepastian
Jika saja hati di dalam sana masih bernyawa
Akanku katakan ini tak boleh dibiarkan
Sayangnya, tak ada lagi pertanda hidup nyata
Aku butuh keajaiban
Yang akan membawaku kembali pulangAku letih...

Pena Biru
Aleya | Fifi Tiara | Lat’z Zaa | Tasmeera E. B.
Sabtu, 6 September 2014

Pada sudut ini aku sendiri
Menapak mimpi malam tadi
Nampak jelas di memori 
Saat kau meminta hati ini

Mata itu
Tak akan pernah bisa kulupakan
Senyum itu
Akan selalu menghuni ingatan
Akankah kau membawaku ke peraduan?

Jika esok kau yang kulihat
Hanya namamu yang jelas terpahat
Selamanya dan bukan sesaat
Hingga hati ini saling terikat

Jika esok namamu yang bersinar
Maka mataku akan berbinar
Tak akan kujawab dengan sekedar
Agar janji kita selalu berakar

Betapapun detik memperpanjang masa
Betapapun jauh merentangkan jarak
Namun dua hati akan selalu bersama
Menanti saksimu didepan ayah dan bunda

Adalah nanti disuatu pagi
Ketika aku menjadi yang tercantik dimatamu 
Adalah nanti disuatu pagi
Ketika senyumku tak akan lagi kubagi - bagi

kamu...

Pena Biru
Aleya|Fifi Tiara|Lat’z Zaa|Tasmeera E. B.
13 September 2014

Hatiku memanggil
Hanya namamu yang kini mampu terpanggil
Hatiku beku
Tak mampu kuingat sesuatu
Hanya gelagatmu ketika memberiku sesuatu itu

Hidupku kini sendu
Tak ingatku kapan semua berlalu meninggalkanku
Yang ku tahu
Hatimu sudah tak bersamaku
Aku tersungkur
Menapaki jalan ini seorang diri

Inginku hapus memori
Tak bisa!
Inginku bangkit
Juga tak bisa! 
Biarlah kalbuku menembus batas

Sering kali aku mendapati
Dirimu berjalan mendekati
Hingga akhirnya ku sadari
Kau hanya fatamorgana masa kini
Hidupku kini dalam elegi
Berkisah hanya seorang diri

Sesalku,
Mengapa dulu dengan mudah kuberi kalbu
Yang kini itu hanya menguras tenagaku
Untuk menghapus ukiran namamu
Namun, nyatanya kau tak mampu
Menjaga hatimu untukku
Dan hanya menganggapku angin lalu
Yang hanya singgah di persimpangan waktu
Dahulu..

Separuh "Pena Biru"
Fifi Tiara|Lat’z Zaa
20 September 2014 


            Yap, itu tadi beberapa puisi yang bisa kami tulis untuk kawan semua. Sampai jumpa di karya-karya selanjutnya ya? Jangan pernah berhenti untuk berkarya kawan.. (Lz)

0 komentar:

Posting Komentar