Assalamualaikum kawan..
Bagaimana kabar kawan semua? Sedang dalam waktu luang atau merasa
dikejar waktu seperti aku? Haha.. Apapun waktu kalian, terima kasih sudah
meluangkan waktu untuk menengok rumah karyaku ini. Aha, dalam kesempatan kali
ini aku akan menampilkan beberapa karyaku dan teman Pena Biru. Sudah tahu kan
siapa saja kawanku di Pena Biru? Aku membahasnya di postinganku sebelumnya. Jika
kawan belum tahu, silahkan mencari di postingan sebelum ini, oke?
Kali ini aku akan menyajikan karya dalam bentuk sajak. Yap, puisi.
Puisi ini kai buat dengan cara estafet seperti sebelumnya saat kami membuat
cerpen. Memang sulit menyatukan empat ide menjadi satu puisi dengan satu alur.
Tapi inilah kami dengan keunikan dan khas masing-masing, selalu ada karya baru
yang dapat dinikmati oleh kawan semua. Semoga Pena Biru lebih bisa istiqomah ya
kawan dalam berkarya. Oke, tanpa panjang lebar ini dia persembahan dari Pena
Biru :
Saat aku terdiam
Saat itu pula purnama mempesona diri
Saat akal ini tak lagi singkron dengan
hati
Saat itu pula angin membisikkan kabar
tentangmu,
Kini, aku hanya bisa menatap bintang dan
bulan
Bercengkrama dengan mereka
Hanya bisa mengucap salam dan pesan
Melalui gelapnya malam
Hei, kau yang disana!
Sudahkah kau terima bingkisan dariku
Tak usahlah kau cari
Karena kau tak akan pernah menyentuh
bayangnya
Doa,
Kau ingat doa itu?
Doa yang dalam katanya bertemu bulir
suci
Doa yang setiap isakannya mengandung
rasa rindu
Yang lewat hembusan angin malam mengalun
merdu
Aku ingat tatapmu yang meneduhkan
Yang hanya dalam pandangmu kau membaca
rasaku
Aku ingat senyummu yang menenangkan
Yang hanya dengannya kau jawab semua
lukaku
Sekarang aku berusaha sendiri
Menutup lubang yang menganga ini
Tak ada lagi tatapan teduhmu
Tak ada lagi nasehat bijak dari lisanmu
Tak ada herbal pengobat rindu
Ku tarik napas dalam
Ku hembuskan seiring sebait doa
Untuk saling meyakinkan dan menguatkan
Tuk menjalin rasa yang bertaut pada-Nya
Akan ku temukan kau dalam sujudku
Hilang...
Puisi berantai "Pena Biru"
Aleya | Fifi Tiara | Lat’z Zaa |
Tasmeera E. B.30 Agustus 2014
Langkah gontai temani perjalanan kali
ini
Menembus pandang tersorot terik matahari
Seakan menantang kobar semangat dalam
diri
Tertawa menang pada jiwa yang berletih
Inginku tetap bertahan
Jiwaku memang berusaha tegak
Namun tidak dengan hati dan pikiran
Terhentak...
Menyeruak kerumunan semangat
Yang justru terbuang dan terabaikan
Dan tersungkur oleh harapan
Juga terlepas dari kepastian
Jika saja hati di dalam sana masih
bernyawa
Akanku katakan ini tak boleh dibiarkan
Sayangnya, tak ada lagi pertanda hidup
nyata
Aku butuh keajaiban
Yang akan membawaku kembali pulangAku
letih...
Pena Biru
Aleya | Fifi Tiara | Lat’z Zaa |
Tasmeera E. B.
Sabtu, 6 September 2014
Pada sudut ini aku sendiri
Menapak mimpi malam tadi
Nampak jelas di memori
Saat kau meminta hati ini
Mata itu
Tak akan pernah bisa kulupakan
Senyum itu
Akan selalu menghuni ingatan
Akankah kau membawaku ke peraduan?
Jika esok kau yang kulihat
Hanya namamu yang jelas terpahat
Selamanya dan bukan sesaat
Hingga hati ini saling terikat
Jika esok namamu yang bersinar
Maka mataku akan berbinar
Tak akan kujawab dengan sekedar
Agar janji kita selalu berakar
Betapapun detik memperpanjang masa
Betapapun jauh merentangkan jarak
Namun dua hati akan selalu bersama
Menanti saksimu didepan ayah dan bunda
Adalah nanti disuatu pagi
Ketika aku menjadi yang tercantik
dimatamu
Adalah nanti disuatu pagi
Ketika senyumku tak akan lagi kubagi -
bagi
kamu...
Pena Biru
Aleya|Fifi Tiara|Lat’z Zaa|Tasmeera E.
B.
13 September 2014
Hatiku memanggil
Hanya namamu yang kini mampu terpanggil
Hatiku beku
Tak mampu kuingat sesuatu
Hanya gelagatmu ketika memberiku sesuatu
itu
Hidupku kini sendu
Tak ingatku kapan semua berlalu
meninggalkanku
Yang ku tahu
Hatimu sudah tak bersamaku
Aku tersungkur
Menapaki jalan ini seorang diri
Inginku hapus memori
Tak bisa!
Inginku bangkit
Juga tak bisa!
Biarlah kalbuku menembus batas
Sering kali aku mendapati
Dirimu berjalan mendekati
Hingga akhirnya ku sadari
Kau hanya fatamorgana masa kini
Hidupku kini dalam elegi
Berkisah hanya seorang diri
Sesalku,
Mengapa dulu dengan mudah kuberi kalbu
Yang kini itu hanya menguras tenagaku
Untuk menghapus ukiran namamu
Namun, nyatanya kau tak mampu
Menjaga hatimu untukku
Dan hanya menganggapku angin lalu
Yang hanya singgah di persimpangan waktu
Dahulu..
Separuh "Pena Biru"
Fifi Tiara|Lat’z Zaa
20 September 2014
Yap,
itu tadi beberapa puisi yang bisa kami tulis untuk kawan semua. Sampai jumpa di
karya-karya selanjutnya ya? Jangan pernah berhenti untuk berkarya kawan.. (Lz)
0 komentar:
Posting Komentar